3 UTS-3 My Stories for You
ippo ippoan

Saat saya SMP, tingkat kepercayaan diri saya sangat rendah. Secara fisik, saya sedikit gemuk, dan prestasi akademik saya pun tidak memukau sama sekali. Namun, selama era COVID, di mana mayoritas orang berada di rumah, saya menjadi rajin mengonsumsi media. Media yang akhirnya sering saya konsumsi adalah konten seputar olahraga combat, terutama tinju. Dari situlah passion saya terhadap tinju mulai tumbuh.
Setiap hari saya berlatih tinju dengan panduan dari YouTube daripada mengikuti sekolah online. Salah satu anime yang membangkitkan semangat saya adalah Hajime no Ippo, sebuah kisah tentang seorang petinju profesional yang dulunya adalah korban perundungan. Namun, tema besar dari anime tersebut bukanlah tentang balas dendam, melainkan tentang perjalanan panjang untuk menemukan jawaban atas pertanyaan: "Apa artinya menjadi kuat?" Pertanyaan itu membuat hati saya membara. Suatu hari, saya bahkan memutuskan untuk membuat heavy bag buatan sendiri dari karung semen, yang saya pukul setiap hari dengan tangan kosong.
Setelah berlatih berbulan-bulan, saya berhasil mengurangi berat badan sebanyak 5 kg, dan kepercayaan diri saya mulai meningkat. Dengan perlengkapan tinju yang diberikan oleh tante, saya mulai berlatih lebih rajin. Dari kelas 10 hingga 11, saya berhasil menaikkan berat badan sebanyak 10 kilogram, mengisi postur tubuh saya dengan otot. Saat memasuki kelas 11, saya memutuskan untuk bergabung dengan sasana tinju (boxing gym) dengan tujuan untuk berkompetisi. Namun, setelah dua minggu, saya mengalami cedera parah yang menurut dokter tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Cedera ini membuat saya tidak dapat melanjutkan tinju, yang menyebabkan saya mengalami depresi berat.
Selama setahun berikutnya, saya mencoba semaksimal mungkin untuk menyembuhkan cedera tersebut, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Namun, menjelang kelulusan SMA, saya berkonsultasi dengan seorang shifu Tionghoa berusia 80-an. Setelah dua minggu bersamanya, cedera saya mulai mereda. Akan tetapi, waktu saya untuk tinju sudah habis karena saya harus fokus pada persiapan kuliah. Ternyata, Tuhan memiliki takdir-Nya sendiri. Saat semester dua di ITB, saya diberi kesempatan untuk berkompetisi. Meskipun kondisi fisik saya tidak setajam dulu, saya tetap mengambil kesempatan itu. Singkat cerita, pertandingan berakhir seri. Namun, hati saya terasa terpenuhi; mimpi yang telah tertinggal selama dua tahun akhirnya dapat terwujud kembali. Apa arti menjadi kuat? saya tidak tahu.